kursor

kursor

Kamis, 04 Desember 2014

Penambang Minyak Tradisional Di Bojonegoro 

 

Penambangan minyak secara tradisional ini banyak dilakukan oleh warga di Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan dan Warga desa di sekitarnya.
Para warga menambang minyak di titik-titik sumur minyak peninggalan Belanda. Dengan berbekal peta Lama yang memuat denah dengan lokasi titik-titik sumur minyaknya, warga dengan bekerja secara berkelompok dan bersama-sama kemudian mencari, menggali dan menambang sumur minyak itu.
Sumur-sumur itu dulu memang pernah digunakan dan dioperasikan fungsinya oleh Belanda pada Jaman Penjajahan. Setelah Belanda kalah perang dan sebelum meninggalkan Indonesia, mereka menimbun sumur-sumur minyak itu dengan Tanah karena Belanda tidak ingin bangsa Indonesia menggunakan dan menikmati hasil minyak dari sumur-sumur itu.
Ada sekitar seratusan lebih sumur minyak yang terdapat di daerah Wonocolo ini. Bentuk penambangan sumur itu sangat khas dengan adanya tonggak-tonggak kayu yang kokoh, Warna Merah dari nyala api pada tungku pembakaran dengan asap hitamnya yang membumbung tinggi . Proses , pengolahan dan peralatan penambangan minyak itu juga dilakukan dengan sangat sederhana.

Dengan menggunakan tenaga mesin dari kendaraan truk yang sudah uzur, minyak mentah yang disebut lantung dan berwarna coklat pekat itu ditimba dengan menggunakan sling baja dan timba besi yang disebut dengan Timbel.
Timbel itu berbentuk seperti peluru dengan panjang sekitar 3 meter yang dilengkapi dengan katup di bagian pucuknya. Ketika timbel terangkat ke permukaan tanah, petugas yang berjaga di sekitar sumur kemudian menggulingkan timbel itu untuk mengalirkan Lantung ke Bak penampungan.
  

Di Bak penampungan itu, Lantung yang masih bercampur dengan Air pun mulai memisah antara air dan minyak mentahnya. Minyak mentah itu tampak berwarna hitam dengan mengumpul dan mengapung di permukaan air.

Oleh petugas lainnya, lantung murni itu kemudian diserok dan ditampung di jerigen-jerigen yang selanjutnya dibawa ke tungku pemanasan.
Di tungku pemanasan itulah dengan melalui proses destilasi atau penyulingan dengan tingkat panas tertentu, lantung akan menjadi bahan bakar lainnya seperti bensin, minyak tanah atau solar.
Biasanya penambang akan mengolah lantung itu menjadi solar karena mudah pemasarannya dan masing-masing titik sumur  sudah ada bakul langganan tetapnya.
Solar hasil dari penambangan minyak tradisional ini banyak diminati oleh para sopir Angkutan Umum yang ingin menekan biaya operasional karena harganya yang lebih Murah dari harga solar di pasaran.

Klenteng Hok Swie Bio

Bojonegoro
Klenteng Hok Swie Bio adalah salah satu wisata religi di Bojonegoro. Klenteng ini merupakan tempat ibadah Tri Darma yang terkenal dengan ornamen kepala naganya dan di dominasi warna merah.
Klenteng ini banyak dikunjungi setiap harinya, terutama pada hari raya Imlek. Ada banyak peziarah dari Bojonegoro dan daerah lain mengunjungi dan berdoa di sini. Klenteng Hok Swie Bio memiliki beberapa tempat istirahat, sehingga para pengunjung bisa tinggal di sini beberapa hari. Klenteng ini juga bersih dan nyaman.
Selain bentuk yang unik, klenteng ini juga dihiasi dengan beberapa ornamen bebatuan di sepanjang dindingnya yang menggambarkan kepala naga dengan tubuh berwarna biru.

Makam Buyut Dalem

BojonegoroBuyut Dalem atau Pangeran Raden Aryo Dalem adalah salah satu Adipati Bojonegoro pada tahun pemerintahan 1614-1619. Makam Buyut Dalem berada di dalam sebuah cungkup yang terawat dengan baik. Namun, di samping makam utama tersebut bersemayam pula seorang tokoh wanita pujaan hati Buyut Dalem bernama Srihuning yang mendapat julukan Mustika Tuban karena semangatnya “labuh tresna sabaya pati”.
Di makam ini selalu diadakan semacam sedekah bumi yaitu jatuh pada setiap hari Rabu Wage, bulan September. Kegiatan ritual ini diawali pada hari Rabu Pahing dengan “mayu alang-alang” yaitu mengganti atap cungkup yang terbuat dari alang-alang. Selain itu juga dilakukan penggantian pasir yang ada di dalam makam.

Air Terjun Kedung Maor Bojonegoro, Tempat Ngabuburit Favorit

BOJONEGORO - Ngabuburit atau menunggu saat datangnya waktu berbuka puasa biasanya diisi dengan berbagai kegiatan. Untuk mereka yang tinggal di Bojonegoro, air terjun Kedung Maor menjadi salah satu jujugan warga terdekat.
SEJAK hari pertama puasa air terjun yang ada di tengah kawasan hutan di Desa Kedung Sumber, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro sudah ramai dikunjungi. Destinasi wisata itu ujudnya berupa air terjun dan danau kecil. Sejak pukul 15.00 wib, pengunjung dengan roda dua sudah mulai memadati lokasi.
Pengunjung yang kebanyakan anak muda ini akan pulang saat menjelang azan Magrib. Masyarakat sekitar Kedung Sumber biasa menyebut air terjun dan danau kecil itu dengan nama Kedung Maor. Lokasi air terjun dan danau kecil ini berada di kawasan hutan jati wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro. Letaknya berada di dekat Waduk Pacal, sebuah waduk tua bikinan Belanda pada tahun 1933.
Selain menikmati pesona keindahan Kedung Maor, warga juga dapat menikmati indahnya pesona bangunan bendungan tua Waduk Pacal yang dikelilingi hutan jati tersebut.
Arika Hutama (22) salah satu pengunjung yang ditemui mengaku mengunjungi lokasi ini karena mendengar cerita dari teman-temannya yang pernah berkunjung ke lokasi wisata alam ini dan ia pun penasaran.
"Ternyata setelah berkunjung ke sini dan melihat langsung, saya tidak rugi. Air terjun dan danau ini memang sungguh indah. Suasana alam di sini juga sejuk dan tenang sehingga sangat nyaman untuk ngabuburit,” ujarnya, Jumat (4/7/2014).
Selain dibuat tempat ngabuburit saat Ramadhan, objek wisata Kedung Maor banyak dikunjungi wisatawan lokal saat musim liburan sekolah. Wisatawan akan dibuat terkesima dengan keindahan air terjun yang bermuara ke danau kecil dengan dikelilingi batu yang membentuk stalagtit dan stalagmite itu. Uniknya air terjun yang bermuara ke danau ini akan berubah warna menjadi kehijau-hijauan.
Selain Kedung Maor, sejumlah wisata lain seperti, Waduk Pacal, Bendung Gerak, Kebun Blimbing dan Kahyangan Api juga menjadi sasaran warga untuk menghabiskan waktu menunggu adzan magrib saat bulan Ramadhan seperti saat ini.

Air Terjun Krondonan Kecamatan Gondang

Bicara masalah wisata Bojonegoro, sebenarnya banyak sekali wisata di Bojonegoro yang belum banyak diketahui. 3 wisata besar yang umumnya diketahui warga Bojonegoro secara umum yaitu Pemandian Tirtawana Dander, Wisata Khayangan Api, dan Waduk Pacal Bojonegoro. Ketiga wisata ini sudah banyak yang mengetahuinya, namun animo masyarakat sudah mulai meredup karena banyak lokasi wisata di Kabupaten lain yang lebih dikenal oleh warga Bojonegoro. Baru baru ini Kang Yoto, bapak bupati Bojonegoro telah giat mengembangkan sektor wisata, antara lain Bendungan Gerak yang berada di Kec. Kalitidu dan Trucuk, dan tentu saja wisata kebun blimbing yang jadi andalan dan maskot Bojonegoro di Desa Ngringinrejo Kec. Kalitidu.
Namun ketika membaca judul postingan saya ini apakah banyak warga Bojonegoro yang tahu? Saya yakin banyak yang merasa asing ketika membaca atau mendengar “Air Terjun Krondonan”. Ya ! BOJONEGORO punya air terjun. Heran kan? Dimanaa?
Air Terjun Krondonan terletak di daerah Kec. Gondang Bojonegoro. Sebenarnya belum ada namanya, hanya saja tempatnya masih berada di desa krondonan, oleh sebab itu banyak yang menyebutnya “Air Terjun Krondonan” yang masih termasuk Kec. Gondang Bojonegoro. Akses untuk menuju kesana memang lumayan jauh karena melewati hutan hutan jati dan jalan setapak. Namun semua perjalanan itu akan terbayar dengan kepuasan keindahan alamnya yang mempesona.
image
Untuk tempatnya, dari arah kota Bojonegoro bertolak ke selatan sekitar 37km. Setelah sampai di Kec. Gondang masih diteruskan dengan menaiki pegunungan yang lumayan tinggi. Tidak ada plang atau papan petunjuk, jadi ketika kesana saya bersama teman-teman banyak bertanya kepada warga sekitar. Tapi untuk lebih memudahkan pembaca yang ingin kesana berikut ini tips petunjuk dari saya.
  • Dari kota kearah selatan menuju kecamatan Gondang
  • Setelah sampai di pertigaan arah nganjuk (belok kiri) segera ambil jalur lurus mengikuti jalan aspal.
  • Setelah menaiki pegunungan dan hutan, akan ada 2 jalan bercabang, ke kiri menuju Kec. Sekar, kita ambil jalur jalan yang kanan.
  • Lurus terus mengikuti jalan setapak hingga menemukan sekolah SMP 2 Krondonan di kiri jalan.
  • Tempatnya tepat dibelakang SMP 2 Krondonan, namun tidak bisa diakses menggunakan kendaraan, harus berjalan sekitar 1,5 km dari titik.
  • Minta petunjuk warga sekitar untuk memberitahukan arah Air Terjun
** Sedikit tips untuk yang ingin kesana, sebaiknya menyiapkan kondisi fisik yang prima, serta alas kaki gunung (saran) untuk.memperlancar menuju dan akses kesana. Karena jalan yang licin dan melewati sungai sungai kecil menjadi tantangan bagi pengunjung disana.
Hamparan pegunungan yang tinggi menjulang cukup membunuh rasa lelah, udara yang sejuk, dan sawah yang hijau, serta gemercik air sungguh sangat menggoda untuk diabadikan.
image
image
image
image
Jadi, gak perlu jauh jauh ke Malang kan kalau di Bojonegoro juga punya potensi wisata air terjun yang sangat indah?










gua kikik bojonegoro

Mendaki Air Terjun Bertingkat di Bojonegoro

Bojonegoro (Media Center) – Setelah melintasi kawasan hutan jati yang sejuk dan pertambangan minyak tradisional yang eksotis, maka gerbang Desa Kawengan, Kecamatan Kedewan, Bojonegoro Jawa Timur, menandakan lokasi air terjun sudah dekat. Tak jauh dari gerbang yang berukuran besar itulah letak air terjun bertingkat berada.
Secara resmi, air terjun bertingkat tersebut belum mepunyai nama, namun warga setempat menyebutnya dengan nama Air Terjun Gua Kikik. Karena memang antara gua kikik dan air terjun tersebut seoalh menjadi satu kesatuan. Secara administratif, air terjun tersebut berada di wilayah Desa Sumberejo, Kecamatan Malo, Bojonegoro, Jawa Timur.
Dari pintu masuk Desa Kawengan, hamparan jalan aspal yang kini sudah tak terawat akan membawa kita menuju ke lokasi air terjun tersebut. Setelah 500 meter, jalanan berubah menjadi medan bebatuan bekas aspal selebar 1 meter dan diapit semak belukar serta hutan jati yang masih muda.
Secara geografis, jalanan menuju air terjun adalah bagian dari wilayah perbukitan, dengan kontour tanah menanjak dan menurun. Dari jarak beberapa meter, gemericik air dan kicauan burung menyambut siapa saja yang datang ke lokasi yang dikelilingi pepohonan tinggi ini.
Jalan setapak berakhir di air terjun yang secara alami membentuk lintasan menyerupai stalakmit yang biasanya ada di dalam gua. Air terjun tingkat pertama mempunyai tinggi kurang lebih 3 meter, sejuknya suasana hutan dan sendang di ujung air terjun yang dikelilingi oleh bebatuan, adalah nuansa yang bakal ditemui di lokasi itu.
Tak hanya itu, pengunjung bisa mendaki air terjun tingkat pertama tersebut, tentunya kondisinya licin dan harus sedikit berbasah-basah untuk menuju ke tingkat berikutnya. Setelah mendaki beberapa meter, anda akan disambut air terjun kedua. Air terjun kedua ini terdiri dari beberapa air terjun kecil dengan tinggi rata-rata 1 meter. Kumpulan air terjun ini terbentuk dari batuan kapur yang saling tumpang tindih dan dilalui air dari mata air sehingga membentuk air terjun yang khas.
Tak sampai disini saja, pesona air terjun Gua kikik ini masih akan menyajikan keindahan alaminya. Jika anda cukup berani, anda bisa kembali memanjat air terjun kecil ini dan melewati sejumlah air terjun kecil. Setelah melewatinya, sampailah di air terjun tingkat ketiga, air terjun di tingkat ini cukup tinggi, kira-kira 10 meter tingginya.
Beristirahat di bebatuan sambil merendam kaki di ceruk bawah air terjun ini menjadi pilihan yang tepat. Sensasi segar air pegunungan akan diselingi dengan gigitan ikan-ikan kecil yang menggelitik telapak kaki. Saat perjalanan kembali menuruni air terjun, biasanya para pengunjung memilih jalur jalan setapak yang membelah hutan. Melalui jalur setapak ini, anda bisa melihat gua kikik yang menjadi nama dari air terjun ini.