Penambang Minyak Tradisional Di Bojonegoro
Penambangan minyak secara tradisional ini banyak dilakukan oleh warga di Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan dan Warga desa di sekitarnya.
Para warga menambang minyak di titik-titik sumur minyak peninggalan Belanda. Dengan berbekal peta Lama
yang memuat denah dengan lokasi titik-titik sumur minyaknya, warga
dengan bekerja secara berkelompok dan bersama-sama kemudian mencari,
menggali dan menambang sumur minyak itu.
Sumur-sumur itu dulu memang pernah digunakan dan dioperasikan fungsinya oleh Belanda pada Jaman Penjajahan. Setelah Belanda kalah perang dan sebelum meninggalkan Indonesia, mereka menimbun sumur-sumur minyak itu dengan Tanah karena Belanda tidak ingin bangsa Indonesia menggunakan dan menikmati hasil minyak dari sumur-sumur itu.
Ada sekitar seratusan lebih sumur minyak yang terdapat di daerah Wonocolo ini.
Bentuk penambangan sumur itu sangat khas dengan adanya tonggak-tonggak kayu yang kokoh, Warna Merah dari nyala api pada tungku pembakaran dengan asap hitamnya yang membumbung tinggi . Proses , pengolahan dan peralatan penambangan minyak itu juga dilakukan dengan sangat sederhana.
Dengan menggunakan tenaga mesin dari kendaraan truk yang sudah uzur, minyak mentah yang disebut lantung dan berwarna coklat pekat itu ditimba dengan menggunakan sling baja dan timba besi yang disebut dengan Timbel.
Timbel itu berbentuk seperti peluru dengan panjang sekitar 3 meter yang
dilengkapi dengan katup di bagian pucuknya. Ketika timbel terangkat ke
permukaan tanah, petugas yang berjaga di sekitar sumur kemudian
menggulingkan timbel itu untuk mengalirkan Lantung ke Bak penampungan.
Di Bak penampungan itu, Lantung yang masih bercampur dengan Air pun mulai memisah antara air dan minyak mentahnya. Minyak mentah itu tampak berwarna hitam dengan mengumpul dan mengapung di permukaan air.
Oleh petugas lainnya, lantung murni itu kemudian diserok dan ditampung di jerigen-jerigen yang selanjutnya dibawa ke tungku pemanasan.
Di tungku pemanasan itulah dengan melalui proses destilasi atau
penyulingan dengan tingkat panas tertentu, lantung akan menjadi bahan
bakar lainnya seperti bensin, minyak tanah atau solar.
Biasanya penambang akan mengolah lantung itu menjadi solar karena mudah
pemasarannya dan masing-masing titik sumur sudah ada bakul langganan
tetapnya.
Solar hasil dari penambangan minyak tradisional ini banyak diminati oleh para sopir Angkutan Umum yang ingin menekan biaya operasional karena harganya yang lebih Murah dari harga solar di pasaran.